AMNIONITIS
Kampuskesehatan.com - Karena korioamnionitis disertai
dengan angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi, keadaan ini adalah
komplikasi yang serius pada kehamilan trimester ketiga. Keadaan ini biasanya di
dahului oleh pecahnya selaput amnion sebelum waktunya atau persalinan yang lama
dan sulit, tetapi juga dapat terjadi karena infeksi asendes walaupun selaput
amnion utuh. Sepsis maternal yang serius dapat terjadi dengan septikemia.
Diagnosis dini, pemeriksaan yang menyeluruh, dan pengobatan adalah penting.
Tanda-tanda pendahuluan adalah seperti infeksi sistemik berupa demam,
menggigil, lekositosis, dan pergeseran kekiri pada hitung diferensial, biasanya
disertai dengan nyeri pada rahim; sekret vagina yang berbau juga sering
ditemui.
Infeksi dapat merupakan komplikasi
dari tusukan transervikal atau transabdominal pada prosedur amniosentensis,
biopsi vili korionik, transfusi intrauterin, fetoskopi, atau pengambilan contoh
darah vena umbilikus perkutan. Prosedur yang sulit dengan tusukan alat yang
multipel atau tidak berhasil melakukan teknik aseptik yang baik meningkatkan
kemungkinan infeksi.
Karena amnionitis sering disertai
dengan persalinan prematur, curigailah adanya infeksi pada gravida yang tidak
berespons terhadap pengobatan tokolitik. Dapatkan contoh cairan amnion melalui
amniosentesis untuk mengidentifikasi sel darah putih dan bakteri dengan apusan
dan kultur. Protein C-reaktif serum mungkin merupakan petanda yang dini. Obat
tokolitik untuk menunda persalinan dan kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru-paru adalah dikontraindikasikan pada amnionitis.
Perhitungan perubahan normal yang
terjadi dalam kehamilan jika menginterprestasikan hasil pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Bai k laju endap
eritrosit maupun hitung darah putih meningkat pada kehamilan. Leukosit
polimorfonuklear dan bakteria pada apusan cairan amnion(terutama jika
didapatkan melalui amniosentesis) membuat diagnosis korioamnionitis menjadi
mungkin. Tetapi, jika tidak terdapat hal tersebut, pikirkan pada infeksi
ekstrauterin.
Sesegera setelah diagnosis dibuat,
lakuan kultur yang sesuai dan berikan antibiotika dengan spektrum luas. Jika
persalinan pervaginaan diperkirakan pervaginaan diperkirakan segera terjadi dan janin dapat diselamatkan
berdasarkan usia kehamilan, pertimbangkan untuk membawa wanita tersebut ke
pusat kesehatan tersier untuk menjamin tersedianya sarana perawatan intensif
untuk neonatus. Dalam keadaan tersebut dokter boleh menunda pemberian
antibiotika untuk memungkinkan dokter pediatrik mengambil kultur yang memadai
dari janin yang baru lahir. Tidak ada efek yang berarti pada masa nifas sebagai
akibat penundaan tersebut kecuali keadaan maternal sangat berat. Libatkan
neotalogis dalam rencana penatalaksanaan; keberadaannya pada persalinan adalah
penting juga untuk tindakan resusitasi, pemeriksaan yang cepat, dan pengobatan
yang luas.
Pada perjalanan persalinan dengan
koriaomnioitis seringkali terjadi disfungsional karena menurunnya
kontraktilitas rahim. Induksi persalinan atau memperkuat persalinan mungkin
memerlukan dosis oxytocin yang lebih tinggi daripada biasanya. Monitoring
denyut jantung janin secara elektronik dapat dapat menujukan tidak adanya
variabilitas denyut ke denyut (beat-to –beat) dan takikardia janin, yang
bisanya mencerminkan demam maternal daripada hipoksia, tetapi namun demikian
memerlukan pemeriksaan yang cermat setelah persalinan untuk adanya atonia
uterus pasca-persalinan , perdarahan, dan endometritis.
Adalah penting untu kesehatan maternal
bahwa rahim yang mengalami infeksi harus di kosongkan sesegera mungkin sesuai
dengan keadaan. Persalinan pervaginaan jelas lebih di sukai jika dapat
dilakukan dalam periode waktu yang rasional. Biasanya persalinan diharuskan
terjadi dalam delapan jam, tetapi hal ini tidak kaku jika terdapat tanda-tanda
bahwa persalinan maju dengan baik dan keadaan umum gravida baik. Seksio sesarea
harus dibatasi pada komplikasi obstetrik yang memerlukan persalinan melalui
abdomen kecuali infeksi tidak dapat di kontro l dengan baik atau harapan
persalinan masih jauh. Pendekatan ekstraperitoneal tidak mempunyai keuntungan
khusus.
Kepustakaan
Duff P, sanders
R, Gibbs RS. The course of labor in term patients with chorioamnionitis, am J
Obstetry
Gynecol 147;391, 1993
Ferguson MG,
Rhodes PG, Morris JC pucket CM. Clinical amniotic fluid infection and its
effect on the
neonate, AM J Obstet Gynecol 151;1085, 1985
Hameed C, Tejani
N, Verma UL, Archbalda F. Silent chorioamnionitis as a cause of preterm labor
refractory to
tocolytic theraphy. Am J Obstet Gynecol
149;726, 1994
Romem Y, Artal
R. C-reactive protein as predictor for
chorioamnionitis in cases of premature
rupture of the
membranes, Am J Obstet Gynecol 150;546, 1984
sumber : https://bidanshop.blogspot.co.id
0 Response to "AMNIONITIS"
Posting Komentar