Kampuskesehatan.com - Walaupun selaput korioamnion sering
pecah secara spontan sebelum persalinan,semakin lama selaput tersebut pecah
sebelum kelahiran,semakin besar infeksi kepada janin maupun ibunya. Jika
pecahnya selaput terjadi sebelum aterm,
keadaan ini lebih jauh di persulit oleh persalinan prematur, yang tampaknya
akan terjadi dalam beberapa hari.sekarang terdapat dua pendekatan pelaksanaan
yang dapat di terima. Salah satu menyukai intervensi yang agresif; sedangkan
yang lainnya lebih menyukai tindakan ekspektatif yang konservatif. Keduanya
dapat di pertimbangkan, mengingat hubungan risiko manfaat dapat dimengerti dan
harus di perhitungkan secara individual pada gravidual dan janinnya.
Penatalaksanaan konservatif, di sertai pemeriksaan berkala yang cermat untuk
tanda-tanda paling dini amnionitis, biasanya memberikan hasil yang baik.
Sebaliknya, adalah penting untuk melakukan intervensi dini dan agresif jika
tanda-tanda infeksi tampak. Tidak adanya tanda-tanda infeksi, dokter tidak
perlu melakukan intervensi pada sebagian besar kasus.
Adalah penting untuk
mengkonfirmasikan pecahnya selaput amnion bilamana di curigai secara klinis.
Biasanya gravida mengeluhkan keluarnya cairan yang banyak secara tiba-tiba dari
vaginanya, tetapi mungkin hanya tampak sebagai aliran yang perlahan yang tidak
dapat dibedakan dari sekret vagina atau keluarnya urin yang tidak di sadari.
Untuk menentukan pecahnya selaput aminon, pemeriksaan spekulum yang steril
dilakukan, lakukan pemeriksaan PH cairan yang berkumpul pada vagina dengan
kertas nitrazine; jika bersifat alkalis, kemungkainan merupakan cairan amnion.
Tetesan contoh cairan pada slide glass dan keringkan dengan nyala api untuk
memeriksa susunan daun pakis (ferning). Gambaran sangat khas untuk cairan
amnion yang di keringkan dapat segera di kenali pada semua usia kehamilan,
mencerminkan kristalisasi protein dan elektrolit. Di bawah mikroskop dokter
juga dapat menemukan sel skuamosa janin dan lanugo. Jika masih terdapat
keragu-raguan mengenai diagnosis, suntikan zat warna (bukan methylene blue,
yang dapat menyebabkan methemoglobinemia pada janin ) kedalam ruang uterus
melalui amniosentesin; jika terlihat zat warna pada vagina jelas
mengkonfirmasikan pecahnya selaput amnion. Pemeriksaan ultrasonografi mengenai
volume cairan amnion intrauterus memberikan informasi yang sangat berguna
mengenai oligohidramnion.
Amati dengan cermat untuk tanda-tanda
pertama infeksi. Dapatkan contoh cairan amnion untuk pemeriksaan (misal nya,
dengan menggunakan kateter steril transervikal) untuk apusan dengan pewarnaan
gram dan wright serta kultur. Walupun bakteri dan lekosit polimofonuklear tidak
membuktikan adanya infeksi, tidak terdapatnya hal tersebut adalah meyakinkan.
Periksalah cairan yang didapatkan melalui amniosentesis untuk memperjelas hasil
yang meragukan. Penentuan kadar protein C-reaktif dapat menandakan
korioamnioitis. Suhu tubuh maternal, hitung sel darah putih, dan hitung
diferensial adalah sangat berguna tetapi merupakan unsur respons sistemik yang
timbul lambat terhadap infeksi.
Periksalah kematangan janin dengan
riwayat menstruasi, catatan antenatal, dan ultrasonografi. Analisis fosfolipid
vagina membantu menentukan maturitas paru-paru janin. Pada kehamilan yang belum
mencapai aterm adalah penting untuk mempertimbangkan resiko yang di temui jika
dilakukan persalinan di bandingkan dengan resiko infeksi yang timbul jiks
persalinan dibiarkan berlanjut. Pemberian kortikosteroid dapat menghindari
sindroma gawat pernapasan jika persalinan menjadi di perlukan. Kehamilan yang
belum aterm yang tidak mengalami komplikasi dapat di pertimbangkan untuk
dilanjutkan jika pengawasan dapat dilakukan; kebijaksanaan ini mungkin
menghindari prematuritas, induksi yang gagal atau mengalami komplikasi, dan
bahkan seksio sesarea. Jika keadaan untuk induksi adalah optimal atau mendekati
aterm, bahaya infeksi akibat penundaan mungkin lebih berat daripada bahaya
induksi.
Pecahnya selaput amnion sebelum
waktunya sebelum janin dapat hidup sering diperberat oleh oligohidramnion.
Walupun keadaan ini bukan oligohidramnion yang terlihat pada insufisensi
plasenta tetapi lebih di akibatkan oleh keluarnya cairan yang melebihi
pembentukannya, berhubungan dengan prognosis neonatus yang buruk. Bahaya
hipolasida paru-paru dan deformasi benang-benang amnion harus didikusikan sikap
dengan pasien; pertimbangkan yang serius telah di berikan untuk menghentikan
kehamilan, terutama jika janin telah matur.
Kepustakaan
Borten M. Premature rupture of
membranes. In: nelson NM (editor).
Current Therapy in
neonatal-perinatal medicine 1985-1986. Toronto: B.C. Decker, 1985.
Borten M, Friedman EA. Amniotic fluid
ferning in early gestation .Am
J Obstet Gynecol 154;628, 1986.
Morales WJ , diebel ND, Lazar AJ,
Zadrozny D. The effect of antenatal dexamethasone administration
on
the prevention of respiratory distress syndrome in preterm gestations
with premature rupture of membranes.Am J Obstet Gynecol 154:591, 1986.
Romen Y, artal R. C-reactive protein
as a predictor for ahorioamnionitis in cases of premature
rupture of the membranes, Am J Obstet
gynecol 150:546,1984.
Thibeault DW, beatty EC, hall RT, et
al. Neonatal pulmonary hypoplasia with premature rupture of
fetal membranes and oligohydramnios.
I pediatr 107:273. 1985.
sumber : https://bidanshop.blogspot.co.id
0 Response to "Ketuban Pecah Dini"
Posting Komentar