A. Pendahuluan
Lipid merupakan
senyaawa organik berlemak atau berminyak yang tidak larut dalam air yang dapat
diekstrak dari sel atau jaringan tumbuhan dan hewan dengan menggunakan pelarut
nonpolar seperti klorofom dan eter. Lipid terdapat di dalam semua bagian tubuh
manusia terutama dalam otak, memiliki peranan penting dalam proses penting
dalam metabolisme secara umum.
Beberapa kelas
lipid antara lain lemak dan minyak, terpena, steroid, dan beberapa senyawa
penting lainnya. Lemak dan minyak merupakan suatu trigliserida. Pada suhu kamar
lemak berwujud padatan dan minyak berupa cairan. Sebagian besar gliserida pada
hewan berupa lemak dan pada tumbuhan cenderung berupa minyak. Analisa lemak dan
minyak yang umum dilakukan pada bahan makanan dapat digolongkan menjadi beberapa
yaitu penentuan kuntitatif atau penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat
pada bahan pertanian dan olahanya, penentuan kualitas minyak (murni) sebagai
bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, penentuan tingkat
kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat dengan kekuatan daya simpannya,
sifat gorengnya, bau maupun rasanya. Tolak ukur kualitasnya ini termasuk angka
asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat
ketengikan, kadar air dan angka penyabunan.
Sabun merupakan
merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi.
Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo”
dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi
(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur
dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu
Sabun dan Gliserin.
B. Metode Analisa Angka Penyabunan
Penentuan Angka Penyabunan
1. Peralatan yang diperlukan
dalam penentuan angka penyabunan diantaranya:
- neraca analitik,
- erlenmeyer 200 mL,
- pipet ukur 50 mL,
- labu ukur,
- pendingin balik (kompresor),
- hot plate,
- pipet tetes,
- buret 50 mL,
- spatula,
- batang pengaduk,
- botol semprot,
- beaker glass dan bulp.
2. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain
- larutan KOH,
- indikator phenolphtalein,
- larutan asam klorida (HCl) 0,5
N dan sample margarine (blue band)
3. Prosedur dari penentuan angka
penyabunan yaitu:
a. Menimbang contoh dengan teliti
antara 1,5-5,0 gram dalam erlenmeyer 200 mL
b. Menambah larutan KOH sebanyak
50 mL, yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter akohol
c. Menutupnya dengan pendingin
balik (kompresor)
d. Mendidihkan dengan hati-hati
selama 30 menit
e. Kemudian didinginkan
f. Menambahkan beberapa tetes
indikator phenolphtalein (PP)
g. Mentitrasi kelebihan larutan
KOH dengan larutan standar HCl 0,5 N
h. Melakukan titrasi blanko untuk
mengetahui kelebihan larutan KOH
Penentuan Angka Penyabunan = (Vol
sampel-Vol minyak) x N titran x BM KOH
Gram minyak.
C. Pembahasan
Lipid adalah
biomolekul organik yang itdak larut dalam air (hidrofobik). Fungsi lipid di
dalam tubuh yaitu sebagi sumber energi, sumber bahan baku basa-basa purin dan
pirimidin penyusun asam nukleat, biosintesis asan amino tertentu dan
sebagainya. Lipid bisa berada dalam keadaan bebas maupun berikatan dengan
makromelekul lain. Lipid yang berikatan dengan protein dissebut lipoprotein.
Klasifikasi dari lipid yang umum yaitu: triasigliserol, lilin, fosfoglserida
(fosfatidiletanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin, fosfatidilinositol,
dan kardiolipin), spingolipida ( gangliosida, srebrosida, spingomielen), sterol
dan ester asam lemak lainnya.
Lemak atau
minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang
tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun
suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau
lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu
kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak
berdasarkan sifat ikatan kimianya menjadi 2 :
1.Asam lemak jenuh
2. Asam lemak tidak jenuh
Sebagai zat
gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam
lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga
tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut
dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform,
dll.
Pemilihan bahan
pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan
derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut
yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada
bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.
Prosedur-prosedur
analisa lemak dan minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan alat peralatan
sederhana maupun yang lebih mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimungkinkan
antara lain:
a. Molekul lemak dan minyak
relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat
dan protein.
b. Molekul-molekul lemak dan
minyak dapat disintesakan di laboratorium menurut kebutuhan, sedangkan molekul
protein dan karbohidrat yang kompleks, misalnya lignin belum dapat.
Hidrolisis lemak
netral dalam air sangat lambat , tetapi dapat dipercepat dengan meningkatkan
konsentrasi H+ atau OH-. Hidrolisis lemak netral oleh basa kuat seperti KOH dan
NaOH disebut penyabunan, ion-ion karboksilat yang terbentuk dengan adanya
kation akan menjadi sabun. Banyaknya miligram KOH yang dipakai untuk
menyabunkan 1 gram lemak secara sempurna disebut angka penyabunan. Angka
penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari suatu lemak atau
minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh terhadap rendahnya
angka penyabunan
Penentuan angka
penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak, sampel yang dipergunakan untuk
penentuan angka penyabunan adalah margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini
dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini
dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk
mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat
dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
Apabila sampel
yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH
akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu
molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian
ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang
turut bereaksi dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan untuk melarutkan KOH
adalah Alkohol, penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak
hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam
pembentukan sabun. Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan
titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya
yerjadi adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih
pucat. Perubahan warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan
menyebabkan titik akhir sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil pengujian
tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko.
D. KESIMPULAN
Penetuan angka penyabunan
dilakukan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti
mempunyai berat molekul yang relatif kecil mempunyai angka penyabunan yang
besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka
penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya
(mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Sumber : http://nikinikmah.blogspot.co.id/
0 Response to "KIMIA AMAMI : Angka Penyabunan"
Posting Komentar