Pengertian Penyakit Malaria dan Filariasis
Penyakit Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit, disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk sporofit didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. penyakit menular ini sangat dominan di daerah tropis dan
sub-tropis, apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit
penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malarie, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi dapat menyebabkan kematian. Plasmodium merupakan
suatu protozoa yang mampu ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina (Widiyono, 2011).
Penyakit
Filariasis adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe, disebabkan
oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Brugia timori. Penularan penyakit filariasis bancrofti dapat terjadi melalui
gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus, Patologi dan gejala klinis penyakit
filariasis dapat berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd pada stadium
akut, hidrokel, kilurian, dan limfodema (elephantiasis) yang mengenai seluruh
kaki atau lengan, skrotum, vagina dan payudara pada stadium kronis. Sebagian
besar yang terjangkit penyakit
filariasis adalah remaja dan dewasa . Hal ini disebabkan karena
kebiasaan dan aktivitas keseharian mereka yang cenderung mengakibatkan
terjadinya penyakit filariasis, dengan melakukan aktifitas dan berbagai
kegiatan pada malam hari tanpa memakai alat pelindung diri dari gigitan nyamuk
sebagai vektor filariasis (Widiyono, 2011).
Jenis Sediaan
Darah
Sediaan darah
yang digunakan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit Malaria ada dua jenis
dalam satu slide, yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
a. Sediaan Darah Tebal
Sediaan darah
tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis, terutama
bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan
umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit.
Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah
yang diambil dan parasit yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada
area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh
karena itu dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal
(Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya granula pada
eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna
asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil,
batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau
“tanda seru” atau “burung terbang”. Tropozoit sudah agak matang tampak pigmen.
b. Sediaan Darah Tipis
Sediaan darah
tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat
satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas
sehingga sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies
Plasmodium setelah ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tebal
(Irianto, 2013).
Pada sediaan
darah pemeriksaan dan identifikasi mikrofilaria hanya ada sediaan darah tebal
saja. Sediaan darah mikrofilaria berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar
2 cm. Pada sediaan darah mikrofilaria hanya digunakan sediaan darah tebal
karena ukuran mikrofilaria jauh lebih besar daripada plasmodium sehingga
pemeriksaannya tidak memerlukan sediaan darah tipis.
Pengambilan
Sediaan Darah
Pengambilan
darah pada pemeriksaan malaria dapat diambil sewaktu-waktu. Karena seluruh
stadium Plasmodium terjadi dalam darah. Siklus ini dinamakan siklus
eritrositer. Sedangkan pengambilan sediaan darah mikrofilaria dilakukan pada
tengah malam. Karena pada tengah malam mikrofilaria aktif di pembuluh darah
perifer. Bahan pemeriksaan darah terbaik yaitu darah ujung jari sedikit ke
tepi. Untuk orang dewasa cukup diujung jari manis sebelah kiri karena biasanya
jari bagian tersebut jarang digunakan untuk aktivitas. Anak-anak umur 2-3 tahun
dilakukan pada ujung ibu jari kaki. Pada bayi bisa dilakukan di tumit karena
apabila dilakukan di jari tangan atau jari kaki kemungkinan terjadinya
perdarahan sulit berhenti. Sebelum darah diambil jari harus diusap dengan kapas
beralkohol untuk menghilangkan kotoran dan keringat kemudian diusap dengan
kapas kering serta untuk memperbesar pembuluh darah tepi.
Apabila
menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum
tercampur dengan koagulan. Sediaan darah harus segera dibuat sebelum darah membeku.
Apabila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat sediaan
darah, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan
morfologi dapat berubah. Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung berisi
anti koagulan, tabung harus diisi penuh dengan darah yang akan diperiksa.
Pembuatan Sediaan Darah
Pembuatan
sediaan darah malaria dan sediaan darah mikrofilaria umumnya sama. Namun ada
beberapa perbedaan. Sediaan darah malaria terdiri dari sediaan darah tipis dan
sediaan darah tebal, sedangkan untuk mikrofilaria cukup sediaan darah tebal
saja. Setelah darah keluar, darah pertama harus dibuang dengan diusap dengan
kapas kering untuk mengurangi trombosit yang akan menempel pada sediaan darah.
Karena trombosit akan mempercepat pembekuan darah dan sedian darah yang
terbentuk akan kurang bagus u ntuk diperiksa. Lalu ujung jari ditekan kembali
hingga darah keluar. Darah yang keluar selanjutnya ditempelkan diatas kaca
sediaan cukup 3 tetes. Untuk sediaan darah tipis hanya dengan menempelkan ujung
slide lain diambil dari tetesan darah setelah itu digeser dengan sudut 450
dengan cepat kearah yang berlawanan dengan tetes darah tebal. Sediaan darah
tebal cukup diratakan dengan ujung sudut kaca objek lain dengan gerak memutar dan kembali ke tengah
dengan diameter 1 cm.
Label/etiket
ditempel pada bagian ujung slide dekat dengan sediaan darah tebal. Pada label
dituliskan kode/initial nama/tanggal pembuatan. Tujuan dari pemberian label
yaitu sebagai pengenalan sedian darah. Sediaan darah kemudian dikeringkan pada
suhu ruangan selama 24 jam. Apabila dikeringkan dibawah sinar matahari akan
membuat sediaan darah menjadi pecah-pecah dan hasilnya kurang bagus.
Sediaan darah
dihemolisis terlebih dahulu sebelum difiksasi dengan cara ditetesi dengan
aquades lalu dibiarkan selama 10-15 menit kemudian dikeringkan. Tujuan dari
hemolisis yaitu agar hemoglobin dalam eritrosit dapat terangkat sehingga
pemeriksaan dan identifikasi parasit dalam darah menjadi jelas. Sediaan darah
tipis kemudian difiksasi dengan methanol dengan cara mencelupkan ujung slide
lain lalu dioleskan pada sediaan darah tipis dan diusahakan tidak terkena
sediaan darah tebal. Kemudian dikeringkan. Tujuan fiksasi yaitu agar sediaan
darah tidak mudah terlepas dan rusak dan hanya dilakukan pada sediaan darah
tipis karena sediaan darah tipis menngandung komponen yang lebih sedikit.
Pewarnaan yang
digunakan adalah pewarnaan sedang yaitu 3 tetes giemsa stock dicampur dengan 30
tetes buffer dengan perbandingan 1:10. Kemudian larutan giemsa tersebut
diteteskan diatas sediaan darah dan didiamkan selama 15-25 menit. Setelah
kering sediaan darah dialiri aquades secara perlahan-lahan lalu dikeringkan.
Tujuan dari dialiri aquades yaitu untuk membuang larutan giemsa yang tidak
terserap dalam sediaan darah. Setelah kering sediaan darah dapat diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 40 kali lalu dinaikkan menjadi 100
kali.
Pengambilan
darah untuk sediaan darah mikrofilaria pembuatannya sama seperti pembuatan
sediaan darah malaria. Sediaan darah yang dibuat hanya sediaan darah tebal
berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar 2 cm. Hal tersebut karena ukuran
dari mikrofilaria lebih besar sehingga membutuhkan lingkup pandangan yang lebih
luas.
Pewarnaan Sediaan Darah
Pewarnaan
sediaan darah dengan giemsa ada 3 cara. Cara pewarnaan yang pertama yaitu
pewarnaan cepat. Pewarnaan cepat yaitu perbandingan giemsa stock dan buffer 1:7 dengan lama
pewarnaan 10-15 menit. Pewarnaan cepat diterapkan apabila sediaan darah yang
akan diwarnai berjumlah banyak dan ketersedian giemsa stock masih sangat
banyak. Pewarnaan kedua yaitu pewarnaan sedang. Perwarnaan sedang menggunakan
perbandingan giemsa dan buffer sebesar 1:10 dengan lama pewarnaan 15-25 menit.
Pewarnaan jenis ini dilakukan disaat sampel yang digunakan tidak terlalu banyak
dan ketersediaan giemsa stock masih mencukupi. Pewarnaan ketiga adalah
pewarnaan lambat, mempunyai perbandingan giemsa stock dan buffer sebesar 1:20
dengan waktu pewarnaan 45-60 menit. Pewarnaan lambat dilakukan apabila sediaan
darah yang akan diwarnai hanya beberapa slide atau pada saat ketersediaan
giemsa strock terbatas.
Pemeriksaan Sedian Darah
Sediaan darah
diletakkan pada meja sediaan mikroskop. Sediaan darah dilihat dengan lensa
obyektif perbesaran 10 kali dan difokuskan lapang pandang pada bagian tepi.
Minyak imersi diteteskan pada bagian tepi tersebut lalu lensa obyektif diganti
dengan perbesaran 100 kali. Lapang pandang difokuskan dengan memutar mikrometer
sampai eritrosit terlihat jelas. Pemeriksaan dilakukan samapai 100 lapangan
pandang untuk penentuan positif atau negatif.
Perbedaan
spesies parasit mamalia dapat dilihat berdasarkan perubahan struktur sel darah
merah pada sediaan tipis. Sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale terlihat membesar. Pada
Plasmodium vivax, pembesaran terlihat jelas, sel darah merah terlihat lonjong
dan terdapat titik-titik halus yang tersebar merata pada sitoplasma (titik
Schuffner). Sedangkan sel yang terinfeksi Plasmodium ovale sedikit membesar,
kadang mengkerut dengan ujung yang berumbai. Terdapat titik-titik halus seperti
titik schuffner yang lebih jelas terlihat di sepanjang dinding sel. Sel darah
merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium malarie berukuran normal. Apabila sel darah merah mengkerut
dengan bagian tengah berwarna merah muda dan bagian tepinya lebih gelap
kemudian terdapat titik-titik kasar pada sitoplasma (titik maurer) maka sel
darah tersebut terinfeksi Plasmodium falciparum. Sel darah yang terinfeksi
Plasmodium malariae tidak ada perubahan dinding maupun warna. Tidak ada
titik-titik pada sitoplasma sel darah merah.
Pemeriksaan
sediaan darah tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada 200
lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan 100
lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk memastika
ada tidaknya infeksi campur. Sel-sel eritrosit terlihat tidak begitu jelas.
Tampak mikrofilaria, bagian sistem reproduksinya terlihat jelas. Dan terlihat
Wuchereria bancrofti terkandung dalam sediaan darah. Mikrofilaria terdapat pada
darah untuk memperoleh nutrisi dari cairan limpa yang terdapat pada darah.
Struktur mikrofilaria terdiri kepala, badan dan ekor. Bagian kepala biasanya
terdapat selubung dan seolah-olah terdapat ruang pada bagian kepala.
Identifikasi spesies mikrofilaria dapat berdasarkan perbandingan lebar dan
ruang kepala serta jumlah inti diujung ekor.
Pengujian Mutu Giemsa
Pengujian mutu
giemsa perlu dilakukan karena giemsa adalah bahan yang penting. Giemsa yang
masih bagus dan masih bisa digunakan dengan baik, memberikan warna yang baik
pada sediaan darah. Apabila mutu giemsa sudah rusak, hasil pembuatan sediaan
darah kurang baik sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan dan identifikasi
parasit dalam sediaan darah. Ada dua cara pengujian mutu Giemsa untuk
mengetahui apakah Giemsa masih dapat digunakan:
a. Dilakukan pewarnaan pada 1-2 sediaan
darah kemudian diperiksa dibawa mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan
kriteria standar pewarnaan yang baik berarti larutan Giemsa masih bagus dan dapat
digunakan. Pengujian ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan
massal.
b. Dilakukan uji menggunakan kertas Whatman
No.2 dan methanol. Langkah pertama kertas diletakkan diatas gelas ukur agar
bagian tengah tidak menyentuh sesuatu. Apabila tersentuh, akan mengganggu
penyerapan giemsa. Giemsa stock diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada bagian
tengah kertas saring, ditunggu hingga meresap dan menyebar. Lalu ditetesi 3-4
methanol absolut ditengah bulatan giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa
detik sampai garis tengah giemsa menjadi 5-7 cm, kemudian diamati perubahan
warnanya.
Kesalahan pada Pembuatan Sedian Darah
Kesalahan-kesalahan
yang sering dijumpai pada pembuatan sediaan darah antara lain:
a. Jumlah darah yang digunakan terlalu
banyak, sehingga warna sediaan darah menjadi terlalu gelap. Parasit pada
sediaan darah tebal akan sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih, pada
sediaan darah tipis banyak sel darah merah yang bertumpu satu sama lain,
menyebabkan parasit sulit terlihat seperti gambar dibawah ini:
Gambar 9.
Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu banyak.
Sel eritrosit
saling bertumpu satu sama lain sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan
plasmodium karena terhalang oleh sel-sel eritrosit tersebut
b. Jumlah darah yang digunakan terlalu
sedikit, tidak memenuhi syarat yang diperlukan untuk menyatakan bahwa sediaan
darah tebal tersebut negatif seperti gambar dibawah ini
Gambar 10.
Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu sedikit.
Komponen darah
yang terlihat sedikit sekali dan kemungkinan plasmodium sedikit sekali
terandung dalam sediaan darah, apabila keberadaan plasmodium yang terlalu
sedikit akan menghambat indentifikasi spesies maupun identifikasi stadium
plasmodium dalam sediaan darah.
c. Sediaan darah yang berlemak dan kotor dapat
menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada proses pewarnaan, sebagian sediaan
tebal dapat terlepas.
d. Ujung obyek gelas kedua yang bergerigi dan
tidak rata atau terlalu tajam akan menyebabkan penyebaran sediaan darah tipis
tidak rata dan ujungnya tidak akan berbentuk lidah.
e. Sediaan darah tebal yang terletak diujung
objek gelas, dapat menyulitkan pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah
maksimal (tidak dapat digeser).
Artefak pada
Sediaan Darah
Artefak adalah
sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya menyerupai parasit. Hal ini dapat
menimbulkan kesalahan dalam diagnosis parasit. Penyebab timbulnya artefak darah
sediaan darah dapat berasal dari sediaan darah yang tidak cepat diwarnai
sehingga terkontaminasi organisme lain. Kontaminasi lain dapat berasal dari
lingkungan seperti debu yang beterbangan dan menempel pada sediaan darah pada
waktu pewarnaan. Artefak lain juga dapat berasal dari penderita dan keadaaan
slide yang kurang bersih.
daftar pustaka:
Adam, Syamsunir.
1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Colwell, D.D.,
F.D. Torres and D. Otranto. 2011. Vector-Borne Parasitic Zoonoses: Emerging
Scenario and New Perspectives. Veterinary Parasitology Elsevier Journal. 182
(2): 14-21
Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jendral PP dan PL,
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria
(Gebrak Malaria).
Gandahusada,
Ilahude dan W. Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta:
Indonesia University Press
Garcia, L.S. dan
D.A. Bruckner. 1996. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hartanto,
Huriawati. 1995. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Irianto, Koes.
2013. Parasitologi Medis. Bandung: Alfabeta
Natadisastra,
Djaenudin dan R. Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ
Tubuh Yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Widiyono. 2011.
Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga.
sumber : http://yukinarindesu.blogspot.co.id/2015/09/pemeriksaan-darah-untuk-diagnosis.html
0 Response to "Pemeriksaan darah untuk diagnosis penyakit Malaria dan Filariasis"
Posting Komentar