Pemeriksaan darah untuk diagnosis penyakit Malaria dan Filariasis

http://www.kampuskesehatan.com/2016/12/pemeriksaan-darah-untuk-diagnosis.html

Pengertian Penyakit Malaria dan Filariasis
Penyakit Malaria merupakan penyakit infeksi parasit, disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk sporofit didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis, apabila diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malarie, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi dapat  menyebabkan kematian. Plasmodium merupakan suatu protozoa yang mampu ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Widiyono, 2011).
Penyakit Filariasis adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe, disebabkan oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Penularan penyakit filariasis bancrofti dapat terjadi melalui gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus, Patologi dan gejala klinis penyakit filariasis dapat berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd pada stadium akut, hidrokel, kilurian, dan limfodema (elephantiasis) yang mengenai seluruh kaki atau lengan, skrotum, vagina dan payudara pada stadium kronis. Sebagian besar yang terjangkit penyakit  filariasis adalah remaja dan dewasa . Hal ini disebabkan karena kebiasaan dan aktivitas keseharian mereka yang cenderung mengakibatkan terjadinya penyakit filariasis, dengan melakukan aktifitas dan berbagai kegiatan pada malam hari tanpa memakai alat pelindung diri dari gigitan nyamuk sebagai vektor filariasis (Widiyono, 2011).

Jenis Sediaan Darah
Sediaan darah yang digunakan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit Malaria ada dua jenis dalam satu slide, yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
a. Sediaan Darah Tebal
Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis, terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah yang diambil dan parasit yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya granula pada eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau “tanda seru” atau “burung terbang”. Tropozoit sudah agak matang tampak pigmen.

b. Sediaan Darah Tipis
Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies Plasmodium setelah ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
Pada sediaan darah pemeriksaan dan identifikasi mikrofilaria hanya ada sediaan darah tebal saja. Sediaan darah mikrofilaria berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar 2 cm. Pada sediaan darah mikrofilaria hanya digunakan sediaan darah tebal karena ukuran mikrofilaria jauh lebih besar daripada plasmodium sehingga pemeriksaannya tidak memerlukan sediaan darah tipis.

Pengambilan Sediaan Darah
Pengambilan darah pada pemeriksaan malaria dapat diambil sewaktu-waktu. Karena seluruh stadium Plasmodium terjadi dalam darah. Siklus ini dinamakan siklus eritrositer. Sedangkan pengambilan sediaan darah mikrofilaria dilakukan pada tengah malam. Karena pada tengah malam mikrofilaria aktif di pembuluh darah perifer. Bahan pemeriksaan darah terbaik yaitu darah ujung jari sedikit ke tepi. Untuk orang dewasa cukup diujung jari manis sebelah kiri karena biasanya jari bagian tersebut jarang digunakan untuk aktivitas. Anak-anak umur 2-3 tahun dilakukan pada ujung ibu jari kaki. Pada bayi bisa dilakukan di tumit karena apabila dilakukan di jari tangan atau jari kaki kemungkinan terjadinya perdarahan sulit berhenti. Sebelum darah diambil jari harus diusap dengan kapas beralkohol untuk menghilangkan kotoran dan keringat kemudian diusap dengan kapas kering serta untuk memperbesar pembuluh darah tepi.

Apabila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum tercampur dengan koagulan. Sediaan darah harus segera dibuat sebelum darah membeku. Apabila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat sediaan darah, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat berubah. Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung berisi anti koagulan, tabung harus diisi penuh dengan darah yang akan diperiksa.

Pembuatan Sediaan Darah
Pembuatan sediaan darah malaria dan sediaan darah mikrofilaria umumnya sama. Namun ada beberapa perbedaan. Sediaan darah malaria terdiri dari sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal, sedangkan untuk mikrofilaria cukup sediaan darah tebal saja. Setelah darah keluar, darah pertama harus dibuang dengan diusap dengan kapas kering untuk mengurangi trombosit yang akan menempel pada sediaan darah. Karena trombosit akan mempercepat pembekuan darah dan sedian darah yang terbentuk akan kurang bagus u ntuk diperiksa. Lalu ujung jari ditekan kembali hingga darah keluar. Darah yang keluar selanjutnya ditempelkan diatas kaca sediaan cukup 3 tetes. Untuk sediaan darah tipis hanya dengan menempelkan ujung slide lain diambil dari tetesan darah setelah itu digeser dengan sudut 450 dengan cepat kearah yang berlawanan dengan tetes darah tebal. Sediaan darah tebal cukup diratakan dengan ujung sudut kaca objek lain  dengan gerak memutar dan kembali ke tengah dengan diameter 1 cm.

Label/etiket ditempel pada bagian ujung slide dekat dengan sediaan darah tebal. Pada label dituliskan kode/initial nama/tanggal pembuatan. Tujuan dari pemberian label yaitu sebagai pengenalan sedian darah. Sediaan darah kemudian dikeringkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Apabila dikeringkan dibawah sinar matahari akan membuat sediaan darah menjadi pecah-pecah dan hasilnya kurang bagus.

Sediaan darah dihemolisis terlebih dahulu sebelum difiksasi dengan cara ditetesi dengan aquades lalu dibiarkan selama 10-15 menit kemudian dikeringkan. Tujuan dari hemolisis yaitu agar hemoglobin dalam eritrosit dapat terangkat sehingga pemeriksaan dan identifikasi parasit dalam darah menjadi jelas. Sediaan darah tipis kemudian difiksasi dengan methanol dengan cara mencelupkan ujung slide lain lalu dioleskan pada sediaan darah tipis dan diusahakan tidak terkena sediaan darah tebal. Kemudian dikeringkan. Tujuan fiksasi yaitu agar sediaan darah tidak mudah terlepas dan rusak dan hanya dilakukan pada sediaan darah tipis karena sediaan darah tipis menngandung komponen yang lebih sedikit.

Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan sedang yaitu 3 tetes giemsa stock dicampur dengan 30 tetes buffer dengan perbandingan 1:10. Kemudian larutan giemsa tersebut diteteskan diatas sediaan darah dan didiamkan selama 15-25 menit. Setelah kering sediaan darah dialiri aquades secara perlahan-lahan lalu dikeringkan. Tujuan dari dialiri aquades yaitu untuk membuang larutan giemsa yang tidak terserap dalam sediaan darah. Setelah kering sediaan darah dapat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 40 kali lalu dinaikkan menjadi 100 kali.

Pengambilan darah untuk sediaan darah mikrofilaria pembuatannya sama seperti pembuatan sediaan darah malaria. Sediaan darah yang dibuat hanya sediaan darah tebal berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar 2 cm. Hal tersebut karena ukuran dari mikrofilaria lebih besar sehingga membutuhkan lingkup pandangan yang lebih luas.

Pewarnaan Sediaan Darah
Pewarnaan sediaan darah dengan giemsa ada 3 cara. Cara pewarnaan yang pertama yaitu pewarnaan cepat. Pewarnaan cepat yaitu perbandingan  giemsa stock dan buffer 1:7 dengan lama pewarnaan 10-15 menit. Pewarnaan cepat diterapkan apabila sediaan darah yang akan diwarnai berjumlah banyak dan ketersedian giemsa stock masih sangat banyak. Pewarnaan kedua yaitu pewarnaan sedang. Perwarnaan sedang menggunakan perbandingan giemsa dan buffer sebesar 1:10 dengan lama pewarnaan 15-25 menit. Pewarnaan jenis ini dilakukan disaat sampel yang digunakan tidak terlalu banyak dan ketersediaan giemsa stock masih mencukupi. Pewarnaan ketiga adalah pewarnaan lambat, mempunyai perbandingan giemsa stock dan buffer sebesar 1:20 dengan waktu pewarnaan 45-60 menit. Pewarnaan lambat dilakukan apabila sediaan darah yang akan diwarnai hanya beberapa slide atau pada saat ketersediaan giemsa strock terbatas.

Pemeriksaan Sedian Darah
Sediaan darah diletakkan pada meja sediaan mikroskop. Sediaan darah dilihat dengan lensa obyektif perbesaran 10 kali dan difokuskan lapang pandang pada bagian tepi. Minyak imersi diteteskan pada bagian tepi tersebut lalu lensa obyektif diganti dengan perbesaran 100 kali. Lapang pandang difokuskan dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat jelas. Pemeriksaan dilakukan samapai 100 lapangan pandang untuk penentuan positif atau negatif.
Perbedaan spesies parasit mamalia dapat dilihat berdasarkan perubahan struktur sel darah merah pada sediaan tipis. Sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale  terlihat membesar. Pada Plasmodium vivax, pembesaran terlihat jelas, sel darah merah terlihat lonjong dan terdapat titik-titik halus yang tersebar merata pada sitoplasma (titik Schuffner). Sedangkan sel yang terinfeksi Plasmodium ovale sedikit membesar, kadang mengkerut dengan ujung yang berumbai. Terdapat titik-titik halus seperti titik schuffner yang lebih jelas terlihat di sepanjang dinding sel. Sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium  malarie berukuran  normal. Apabila sel darah merah mengkerut dengan bagian tengah berwarna merah muda dan bagian tepinya lebih gelap kemudian terdapat titik-titik kasar pada sitoplasma (titik maurer) maka sel darah tersebut terinfeksi Plasmodium falciparum. Sel darah yang terinfeksi Plasmodium malariae tidak ada perubahan dinding maupun warna. Tidak ada titik-titik pada sitoplasma sel darah merah.

Pemeriksaan sediaan darah tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada 200 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk memastika ada tidaknya infeksi campur. Sel-sel eritrosit terlihat tidak begitu jelas. Tampak mikrofilaria, bagian sistem reproduksinya terlihat jelas. Dan terlihat Wuchereria bancrofti terkandung dalam sediaan darah. Mikrofilaria terdapat pada darah untuk memperoleh nutrisi dari cairan limpa yang terdapat pada darah. Struktur mikrofilaria terdiri kepala, badan dan ekor. Bagian kepala biasanya terdapat selubung dan seolah-olah terdapat ruang pada bagian kepala. Identifikasi spesies mikrofilaria dapat berdasarkan perbandingan lebar dan ruang kepala serta jumlah inti diujung ekor.

Pengujian Mutu Giemsa
Pengujian mutu giemsa perlu dilakukan karena giemsa adalah bahan yang penting. Giemsa yang masih bagus dan masih bisa digunakan dengan baik, memberikan warna yang baik pada sediaan darah. Apabila mutu giemsa sudah rusak, hasil pembuatan sediaan darah kurang baik sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan dan identifikasi parasit dalam sediaan darah. Ada dua cara pengujian mutu Giemsa untuk mengetahui apakah Giemsa masih dapat digunakan:
a. Dilakukan pewarnaan pada 1-2 sediaan darah kemudian diperiksa dibawa mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang baik berarti larutan Giemsa masih bagus dan dapat digunakan. Pengujian ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan massal.
b. Dilakukan uji menggunakan kertas Whatman No.2 dan methanol. Langkah pertama kertas diletakkan diatas gelas ukur agar bagian tengah tidak menyentuh sesuatu. Apabila tersentuh, akan mengganggu penyerapan giemsa. Giemsa stock diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada bagian tengah kertas saring, ditunggu hingga meresap dan menyebar. Lalu ditetesi 3-4 methanol absolut ditengah bulatan giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah giemsa menjadi 5-7 cm, kemudian diamati perubahan warnanya.

Kesalahan pada Pembuatan Sedian Darah
Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan sediaan darah antara lain:
a. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna sediaan darah menjadi terlalu gelap. Parasit pada sediaan darah tebal akan sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih, pada sediaan darah tipis banyak sel darah merah yang bertumpu satu sama lain, menyebabkan parasit sulit terlihat seperti gambar dibawah ini:

Gambar 9. Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu banyak.
Sel eritrosit saling bertumpu satu sama lain sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan plasmodium karena terhalang oleh sel-sel eritrosit tersebut

b. Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang diperlukan untuk menyatakan bahwa sediaan darah tebal tersebut negatif seperti gambar dibawah ini

Gambar 10. Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu sedikit.
Komponen darah yang terlihat sedikit sekali dan kemungkinan plasmodium sedikit sekali terandung dalam sediaan darah, apabila keberadaan plasmodium yang terlalu sedikit akan menghambat indentifikasi spesies maupun identifikasi stadium plasmodium dalam sediaan darah.

c. Sediaan darah yang berlemak dan kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada proses pewarnaan, sebagian sediaan tebal dapat terlepas.

d. Ujung obyek gelas kedua yang bergerigi dan tidak rata atau terlalu tajam akan menyebabkan penyebaran sediaan darah tipis tidak rata dan ujungnya tidak akan berbentuk lidah.

e. Sediaan darah tebal yang terletak diujung objek gelas, dapat menyulitkan pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat digeser).

Artefak pada Sediaan Darah
Artefak adalah sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya menyerupai parasit. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis parasit. Penyebab timbulnya artefak darah sediaan darah dapat berasal dari sediaan darah yang tidak cepat diwarnai sehingga terkontaminasi organisme lain. Kontaminasi lain dapat berasal dari lingkungan seperti debu yang beterbangan dan menempel pada sediaan darah pada waktu pewarnaan. Artefak lain juga dapat berasal dari penderita dan keadaaan slide yang kurang bersih.


daftar pustaka:
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Colwell, D.D., F.D. Torres and D. Otranto. 2011. Vector-Borne Parasitic Zoonoses: Emerging Scenario and New Perspectives. Veterinary Parasitology Elsevier Journal. 182 (2): 14-21
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jendral PP dan PL, Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria (Gebrak Malaria).
Gandahusada, Ilahude dan W. Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Indonesia University Press
Garcia, L.S. dan D.A. Bruckner. 1996. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hartanto, Huriawati. 1995. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Alfabeta
Natadisastra, Djaenudin dan R. Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Widiyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

sumber : http://yukinarindesu.blogspot.co.id/2015/09/pemeriksaan-darah-untuk-diagnosis.html

0 Response to "Pemeriksaan darah untuk diagnosis penyakit Malaria dan Filariasis"

Posting Komentar